Setiap orang tentu memiliki pengukurannya sendiri terhadap suatu hal. Apakah hal tersebut baik atau buruk, ia akan melihat melalui kacamata pengalaman hidup yang ia jalani. Sayangnya dalam beberapa kejadian, tolak ukur tersebut dijadikan sebagai penilaian mutlak terhadap orang lain yang ia temui di sekitarnya. Misalnya: orang lain akan dinilai layak hidupnya jika ia memiliki pekerjaan tetap. Padahal, belum tentu penilaian yang kita berikan tepat adanya. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mampu mengendalikan judgement terhadap orang lain.
Mengendalikan judgement atau penilaian terhadap apa yang kita lihat dari dalam diri orang lain dapat mengubah persepsi mengenai orang tersebut serta meningkatkan interaksi positif. Hayo, seberapa sering sobat menilai orang lain malas berolahraga hanya karena berat badannya terlihat tidak proporsional?
Sebelum memberikan label atau penilaian terhadap orang lain, ada baiknya jika kita mampu menyadari sesuatu: bahwa kita tidak sepenuhnya mengerti apa yang sudah dilewati oleh orang tersebut. Dalam kasus seseorang yang berat tubuhnya tidak proporsional, bisa jadi kenaikan berat badan adalah sesuatu yang ia upayakan di masa lalu.
Alih-alih menilai bahwa berat tubuhnya tidak ideal dan langsung meminta ia untuk rutin berolahraga, cobalah pertimbangkan untuk membangun komunikasi yang baik dengan orang tersebut agar dapat lebih memahami sudut pandangnya. Dengan begitu tidak hanya kita mengurangi pandangan negatif tentang orang lain, tetapi juga lebih memahami alasan dibalik tindakannya.
Mengutip zenhabits.net, sobat dapat mengurangi sifat judgemental atau menghakimi orang lain melalui metode DUAL, yaitu:
Don’t pass judgement
Poin pertama dari metode ini mengajarkan kita untuk melakukan observasi terhadap pikiran yang muncul. Saat kita menyadari diri terhanyut dalam penilaian yang dianggap tidak sesuai pada diri orang lain, lakukan lah observasi dan miliki kesadaran untuk memahami pikiran yang hadir. Langkah ini memang tidak mudah. Namun jika dilakukan dengan sepenuh hati dapat menuntun kita untuk menerapkan langkah kedua.
Understand
Daripada langsung menghakimi orang lain berdasarkan kacamata hidup yang sudah kita lewati, cobalah memahami alasan orang tersebut karena melakukan suatu tindakan. Coba bayangkan latar belakang orang tersebut. Jika memungkinkan, ajaklah ia berbicara agar lebih memahami cerita dibalik keputusannya. Setiap orang tentu memiliki alasan yang melatarbelakangi tindakan atau mungkin, kejadian yang membuat ia bertindak atau menampilkan dirinya saat ini.
Accept
Saat kita sudah mampu memahami alasan yang melatarbelakangi tindakan seseorang, cobalah untuk menerima. Terima ia sebagaimana adanya, sepatutnya ia sebagai orang yang layak dihormati dan dikasihi. Terima alasan orang tersebut dalam bertindak tanpa keinginan untuk mengubahnya. Jika tetap bersikeras untuk mengubahnya, yang ada hanya membuat sobat merasa frustasi, kan?
Love
Ketika sudah mampu menerima orang lain sebagaimana adanya, kasihilah ia. Sebagai seorang saudara, sahabat, atau rekan kerja yang dengan kehadirannya dapat memperindah hidup ini. Kasihilah mereka seutuhnya tanpa memandang jabatan, status sosial, atau apa yang ia miliki.
Dengan mengendalikan sikap judgemental terhadap orang lain, nantinya dapat membawa kita untuk menjalani kehidupan yang lebih ringan dan berwarna. Setiap kali penilaian buruk terhadap orang lain datang, ingatlah sesuatu bahwa kita juga tidak ingin dihakimi begitu saja, kan?